Article Detail

LKJS Ciptakan Siswa Berkarakter

Kerja keras tanpa batas. Itulah modal awal kami untuk dapat mewakili sekolah dalam Lomba Karya Jurnalistik Siswa (LKJS) Tingkat Nasional di Yogyakarta. Kami terus berlatih menjelang lomba tersebut diadakan. Bakat yang berbeda-beda membuat kami semakin bersemangat untuk mewujudkan tim yang kompak dan dapat diandalkan. Bukan hanya sekedar modal menulis, jurnalis cilik seperti kami juga dituntut untuk memiliki rasa ingin tahu yang besar, kemandirian, kritis, kreatif, inovatif, dan berkarakter.
Kegiatan LKJS ini hanya diikuti 50 tim jurnalistik dari 25 propinsi se-Indonesia dengan perwakilan tiga orang/tim setelah melalui proses seleksi dari 358 karya jurnalistik yang masuk ke panitia pusat. Hadir dalam LKJS membuat kami percaya bahwa usaha kami tak akan sia-sia. Dewan juri terdiri dari orang-orang yang ahli dalam bidangnya. Tahap penilaian untuk menentukan juara tingkat nasional terdiri dari presentasi buletin, dan kemas media.
Pada saat tahap penilaian presentasi, kami sedikit gugup melihat ekspresi para juri. Setiap peserta melakukan presentasi sesuai nomor urutan yang diambil saat acara pembukaan berlangsung. Urutan ke-25 membuat kami memiliki waktu yang cukup untuk mempersiapkan diri. Presentasi dilaksanakan di ruangan tertutup. Yang diperbolehkan berada di ruangan tersebut adalah para juri, peserta yang akan berpresentasi, serta guru pendampingnya. Saat tiba urutan kami, rasa gugup mulai muncul. Tangan yang sedari tadi hangat mulai dingin, perasaan campur aduk menyelimuti. Namun, semangatlah yang membuat kami dapat bertahan di akhir presentasi. Meskipun demikian kami harus melewati sesi pertanyaan. Sesi ini tidak kalah menegangkan. Dewan juri satu-persatu mulai mengajukan pertanyaan seolah meminta kepastian akan hasil buletin yang telah dikirimkan pada tahap pertama. Semua pertanyaan dapat kami jawab dengan baik.
Penilaian tahap presentasi sudah selesai kini giliran tahap kemas media. Namun sebelum itu, semua peserta LKJS diberi kesempatan untuk mengunjungi Monjali (Monumen Yogya Kembali) untuk mencari informasi guna membuat kemas media yang baru. Perjalanan ke Monjali membutuhkan waktu 30 menit dari Hotel UNY tempat kami menginap. Monumen yang terletak di kota Sleman ini berbentuk kerucut dengan kolam ikan di sekelilingnya. Bangunan yang kokoh ini terdiri dari tiga lantai.
Saat memasuki Monjali, kami tidak henti-hentinya berdecak kagum. Benda-benda kuno yang dipajang membuat kami penasaran untuk bertanya pada narasumber selaku pemandu museum di Monjali. Bersama dengan peserta lainnya kami mencari informasi sebanyak mungkin lewat merekam dan mencatat penjelasan dari narasumber. Banyaknya peserta tidak menyurutkan semangat kami. Tidak heran kami harus bersenggolan dengan peserta lain, hampir terjatuh, keringat yang membasahi badan bahkan kaki kami harus terinjak-injak. Namun hal itu sebanding akan hasil yang kami peroleh.
Di lantai dua terdapat 10 diorama seputar peristiwa yang terjadi di Yogyakarta. Diorama tersebut dibuat semirip mungkin dengan peristiwa yang ada. Mahakarya anak bangsa ini berhasil membuat kami terhipnotis dan hanyut dalam peristiwa didalamnya. Betapa banyak pengorbanan pahlawan. Rela kehilangan harta, keluarga, darah bahkan nyawa. Betapa besar daya juang mereka untuk mempertahankan Indonesia.
Setelah selesai melihat-lihat dan mencari informasi, akhirnya para peserta LKJS harus kembali ke hotel untuk mengikuti jadwal berikutnya yaitu tahap pembuatan kemas media. Dengan menggunakan bus kami semua meninggalkan Monjali. Berkunjungnya kami ke Monjali membuat kami semakin sadar akan pengorbanan para pahlawan. Tidak hanya itu saja, Monjali menjadi tempat yang tepat untuk wisatawan yang berminat akan wisata sejarah.
Setibanya di hotel, hari sudah menunjukkan pukul 17.00 WIB. Kami tidak langsung beristirahat. Waktu yang sedikit membuat kami harus memanfaatkan waktu sebaik mungkin. Kami mulai memikirkan gambaran akan berita yang akan kami buat. Tibalah waktu menunjukan pukul 19.30 WIB. Kami diharuskan berkumpul di ballroom. Para guru pendamping tidak boleh berada di sana. Yang ada hanyalah para peserta dan juri.
Dewan juri mempersilakan para peserta untuk memulai kemas media. Para peserta mulai merangkum informasi yang mereka dapatkan menjadi sebuah berita yang terdiri dari straight news (berita langsung), feuture (berita kisah) dan artikel. Para peserta diharuskan membuat berita tersebut dalam bentuk mini. Dengan ukuran kertas A4 sebanyak dua lembar. Di saat inilah kemampuan menulis para peserta mulai diuji. Kemudian hasil kemas media tersebut harus dikumpulkan paling lambat jam 00.00 WIB.
Banyak rintangan yang kami hadapi selama pembuatan. Terdapat pula beberapa kesalahan teknis yang mengharuskan kami untuk sabar dan terus mencoba. Semangat pantang menyerah terus kami tunjukan sampai akhir pembuatan. Wajah tegang mulai terlihat sebelum batas akhir pembuatan kemas media tersebut. Dengan kerja keras kami, akhirnya kami dapat menyelesaikan kemas media tersebut tepat waktu. Perasaan lega mulai menyelimuti. Kini yang dapat kami lakukan hanyalah berdoa dan menunggu hasil keputusan juri.
Kini waktu yang paling menegangkan dari semua tahap penjurian yang telah kami lewati. Penutupan dan pengumuman pemenang LKJS. Di sela-sela acara tersebut tim kreatif dari LKJS mempersembahkan video yang dibuat sangat menarik. Video tersebut berisi hasil kegiatan kami selama mengikuti LKJS. Video tersebut membuat kami sadar tentang arti pentingnya media dalam menumbuhkan siswa yang berkarakter.
Saat ditunggu-tunggu tiba yaitu pengumuman pemenang LKJS. Perasaan deg-degan mulai terasa. Para peserta mulai tampak tegang dan ada pula yang tampak gelisah. Setelah diumumkan ternyata tim jurnalistik Tara berhasil menyabet medali perunggu. Perasaan bangga mulai terasa. Usaha, doa, dukungan dan latihan yang selama ini dilaksanakan tidak sia-sia. Semua kerja keras kini berbuah. Tidak ada yang bisa menggambarkan perasaan senang kami.
Dengan mengikuti LKJS kami memahami profesi sebagai jurnalis, dan membuat kami memahami nilai-nilai keutamaan yaitu usaha, daya juang serta semangat pantang menyerah dalam meraih prestasi. Selain itu, tidak hanya pulang membawa medali, kami juga membawa pulang segudang pengalaman yang siap kami bagikan pada teman-teman kami di sekolah.***Annisah Oktaviani/WL

Comments
  • there are no comments yet
Leave a comment