Article Detail
Melayani, Bukan Menghakimi
Bimbingan dan Konseling, mungkin atau bahkan pasti terdengar asing bagi peserta didik Sekolah Menengah Pertama khususnya bagi peserta didik kelas VII yang notabenenya baru saja menjejakkan kaki di tingkat pendidikan menengah. Tidak seperti mata pelajaran lain yang pada umumnya sudah familiar di telinga peserta didik, Bimbingan dan Konseling adalah hal baru bagi peserta didik. Rasanya wajar saja bila peserta didik belum dapat memahami keberadaan Bimbingan dan Konseling yang biasa lebih singkatnya disapa BK ini karena memang diakui sedikit rumit untuk bisa mengenalkan secara dekat apa itu BK di tengah tantangan tidak adanya jam masuk kelas untuk BK. Meskipun begitu, sudah menjadi tanggung jawab personil BK untuk dapat memaksimalkan tanggungjawabnya dalam melayani peserta didik berproses menjadi pribadi yang mandiri sesuai dengan tanggung jawab dan kewajibannya sebagai warga sekolah, warga masyarakat, dan warga negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai budaya yang ada.
Pelayanan Bimbingan dan Konseling ditujukan untuk semua peserta didik, tanpa terkecuali. Sebelum lebih dalam membahas tujuan dan fungsi BK, adalah baik untuk mengenal sejarah singkat Bimbingan dan Konseling. Amerika Serikat adalah negara tempat didirikannya suatu “Vocational Burreau” oleh Frank Parsons pada tahun 1908 yang kemudian dikenal sebagai “The Father of Guidance”, yang merupakan cikal bakal Bimbingan dan Konseling. Pada masyarakat yang semakin maju dan perkembangan zaman yang semakin pesat ini, masalah penemuan identitas pada individu menjadi rumit. Keadaan seperti inilah yang mendorong dibutuhkannya Bimbingan dan Konseling. Di Indonesia, dekade 60-an adalah awal mula Bimbingan dan Konseling dirintis dalam suatu sistem pendidikan nasional. Bimbingan dan konseling merupakan bagian yang tidak bisa dilepaskan dari sistem pendidikan di sekolah, yang bertujuan untuk membantu para siswa agar dapat mengembangkan dirinya secara optimal dan memperoleh kemandirian.
Oleh karena Bimbingan dan Konseling diselenggarakan untuk melayani peserta didik, berbagai layanan yang ada dalam Bimbingan dan Konseling berfungsi untuk mencegah timbulnya masalah yang diwujudnyatakan dalam kegiatan berupa pemberian berbagai informasi, fungsi pemahaman; BK membantu peserta didik memahami diri, memahami lingkungan yang ada di sekitarnya, serta memahami berbagai hal yang lebih luas, fungsi perbaikan; yaitu mambantu peserta didik dalam mengatasi berbagai masalah dialami, fungsi pemeliharaan; membantu peserta didik dalam memelihara dan mengembangkan keseluruhan pribadinya secara mantap, terarah, dan berkelanjutan.
Tujuan Bimbingan dan Konseling secara umum sesuai dengan tujuan pendidikan, yaitu terwujudnya manusia Indonesia seutuhnya yang cerdas, beriman, dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Dalam aspek tugas perkembangan pribadi dan sosial, layanan BK membantu agar peserta didik memiliki kesadaran diri, mampu mengembangkan sikap positif, mampu membuat pilihan secara sehat, mampu menghargai orang lain, memiliki rasa tanggung jawab, mengembangkan keterampilan hubungan antarpribadi, mampu menyelesaikan konflik. Sedangkan dalam aspek tugas perkembangan belajar, layanan BK membantu peserta didik untuk dapat melaksanakan keterampilan atau teknik belajar secara efektif, dapat menetapkan tujuan dan perencanaan pendidikan, mampu belajar secara efektif.
Dalam pelaksanaan Bimbingan dan Konseling, terdapat 12 asas yang selalu dijunjung tinggi guru BK, yaitu: asas kerahasiaan, kesukarelaan, keterbukaan, kekinian, kemandirian, kegiatan, kedinamisan, keterpaduan, kenormatifan, keahlian, alih tangan, dan asas tut wuri handayani. Untuk itu, diharapkan secara sadar dan sukarela peserta didik mau menyadari pentingnya mereka memanfaatkan layanan BK yang memang ditujukan untuk membantu mereka baik dalam bidang pribadi, sosial, karir, dan belajar.
Guru BK bukanlah momok yang menakutkan, tanggapan bahwa anak-anak yang berurusan dengan BK adalah anak-anak yang nakal sering kali membuat peserta didik enggan dan takut menghadap guru BK. Dengan adanya tulisan ini, diharapkan peserta didik mampu mengubah pola pikir mereka tentang Bimbingan dan Konseling. Harapannya, peserta didik mulai menyadari pentingnya memanfaatkan Bimbingan dan Konseling sebagai teman atau wadah yang mengasikkan yang membantu mereka menyelesaikan masalah, baik yang berkaitan dengan masalah belajar, pribadi, sosial, dan karir.
“Kenapa sih harus manfaatin BK?”. Oke, sekarang kita memasuki zona gaya bahasa anak lebay ya... BK adalah bengkel untuk mengtune-up semangat dan menservis “mesin” diri agar selalu on dalam melewati perjalanan hidup ini yang sudah tentu jalannya tidak selalu mulus. Nah, kebayang kan kalau ada tempat untuk istirahat, mengisi bahan bakar jiwa, alangkah sayangnya kalau tempat macem itu dilewatin gitu aja... Yuk mari sama-sama berproses, belajar bersama. Karena pada hakikatnya hidup adalah proses belajar tanpa henti. Sebagai pribadi guru sebagai subjek pendidik, pun peserta didik sebagai objek terdidik, belajar adalah suatu kewajiban yang harus dan super wajib tuk dilaksanakan. Khususnya dalam bahasan kita saat ini, kami guru BK siap dan sangat sigap untuk melayani para peserta didik dalam perjalanannya menuju manusia efektif yang memiliki keunikan dan ciri khas masing-masing. Orang lain aja mau bantu, kenapa kita gak bisa lebih sayang sama diri kita sendiri. Kenapa kita gak coba mengenali diri kita, mencoba menerima kekurangan, berdamai dengan diri kita, dan mengoptimalkan bakat yang kita punya, apalagi ada orang lain yang siap dan dengan senang hati mau bantu.
Hidup adalah anugerah, memperjuangkan hidup agar dapat menjadikan hidup ini berarti adalah suatu kewajiban. Adalah hal lumrah untuk merasa gagal, lelah, tidak beruntung, sedih, tidak berguna, namun yang terpenting adalah bagaimana caranya bangkit dari rasa-rasa itu dan kembali mulai menata hati untuk bersyukur atas jutaan berkat yang seringkali kita lupakan begitu saja. Sebagai akhir dari bahasan ini, semoga peserta didik mampu memahami arti penting BK dalam menunjang kehidupan di lingkungan sekolah dan mengubah pola pikir keliru yang selama ini menghinggapi benak peserta didik. Sekali lagi, guru BK ada untuk melayani, bukan untuk menghakimi. Mari terus berjuang! Tuhan memberkati.**Christin
-
there are no comments yet